Selasa, 15 Juli 2014

Dari 2064 mdpl, gunung Burangrang.

Well... cukup lama tidak posting blog.
Beberapa waktu yang lalu saya dan beberapa teman memutuskan untuk menjajal 'gunung belakang kampus'. Gunung Burangrang.

Gunung ini nggak begitu tinggi, 2064 mdpl tapi jalur pendakiannya cukup yahud.

sebelah jalur langsung jurang bro.... ini waktu turun siang-siang
Saya dan tiga orang teman saya berangkat. Meleset dari rencana awal yang akan berangkat siang hari, akhirnya kami melakukan pendakian malam. Beranjak dari titik awal di Kabupaten Bandung Barat pukul 18.17 kami tiba di puncak sekitar pukul 22.30

Ini bukan kali pertama saya mendaki gunung, tapi ini kali pertama saya mendaki dengan kondisi tubuh yang tidak fit dan tanpa perhitungan matang. Saya sedang dalam pengobatan sinusitis dan melakukan pendakian malam yang jelas-jelas mengharuskan saya untuk rebutan oksigen dengan tumbuhan. Jadinya, mau nggak mau, rela nggak rela saya mengalami gagal nafas.

Pendakian kali ini menjadi pengalaman pertama saya menjadi beban. Yah, semacam dead body, atau chain and ball dalam tim. Bisa dibilang dengan tipe darah O, dan kepribadian dominan. Saya adalah tipe yang tidak suka menyusahkan dan disusahkan oleh orang lain. Dan kali ini, luar biasa, saya harus berperan jadi beban.

Belum sampai setengah jam awal pendakian, saya sudah mengalami gejala gagal nafas. Saya harus berhenti untuk mengatur ritme nafas. Makin lama, makin parah, hampir setiap lima menit sekali saya harus berhenti sejenak untuk mengatur ritme nafas. Kondisi makin diperburuk dengan turunnya hujan lebat disertai angin yang cukup kencang. Sinus saya mulai berdenyut-denyut nyeri, berakibat saya mengalami nyeri kepala yang agak mengganggu. Kekhawatiran saya adalah, nyeri sinus ini memicu vertigo, dan gagal nafas ini memicu arrythmia.

Saya mencoba menghalau kemungkinan-kemungkinan itu dengan mengaplikasikan semua ilmu pernafasan yoga yang pernah saya pelajari. Syukur, saya berhasil sampai puncak dan turun lagi tanpa banyak masalah dan bisa berbagi sekarang.

Yang paling saya syukuri adalah teman-teman saya dalam pendakian. Sebut saja mereka BAN, RZ, dan RF. Banyak pelajaran berharga dan kejadian yang membuat saya semakin menghargai mereka sebagai sahabat saya yang berharga. Mereka tidak mengeluh karena kerepotan yang saya timbulkan karena harus berhenti secara berkala, RZ yang bersedia bertukar tas dengan saya. RF yang berjalan bersama saya dan tetap berhenti walau saya tahu carrier yang dia bawa berat pake banget. BAN yang akhirnya menggunakan webbing sebagai pegangan yang ceritanya untuk menarik kami, walau sebenarnya tidak efektif karena keripuhan kami dengan senter dan jalur licin.

Yang paling saya hargai adalah mereka bertiga nggak mengeluh. Saya nggak tahu dalam hati mereka mengeluh atau nggak, tapi yang jelas mulut mereka tidak melontarkan apapun yang negatif saat itu. I'll treasure them as my lifetime friends.

Dan banyak yang gue pikirkan selama perjalanan hampir mematikan buat gue saat itu. Tentang kehidupan dan persahabatan.

Saat sampai puncak, gue disuguhi pemandangan dua buah kabupaten yang sangat keren, kabupaten Purwakarta dan Bandung Barat. Great view, great air, fresh morning. dan DINGIN~

Tapi yang nggak akan gue lupakan seumur hidup adalah perjalanan naik yang menyiksa tapi nikmat itu, dan apa yang udah temen-temen gue lakuin buat gue.
I LOVE YOU, GUYS.
they are trully BFFs! asa spongebob? bae ah.. :D waktu turun ini.


About Me

Foto saya
Bandung, West Java, Indonesia
Thinking crazy, weird and uncommon is not a crime!