Jumat, 31 Desember 2010

Egosentric

-Nous ne le reprouvons pas parce qu'il est une crime, mais il est un crime parce que nous le reprouvons

-We do not agree about something is not because that thing is bad. But, that thing is going bad bacause we do not agree about it.

-Kita tidak menyetujui sesuatu bukan karena hal itu buruk. Tapi, hal itu menjadi buruk karena kita tidak menyetujuinya
-by Emile Durkheim, On the Division of Labour-

Ngebaca kutipan dari buku On the Division of Labour -nya Emile Durkheim ini, saya menyadari sikap egosentris yang memang sudah jadi konsep wajib dalam setiap pemikiran manusia. Saya jadi sadar betul kalau tidak ada manusia di bumi ini yang benar-benar tidak egois. Siapapun tanpa terkecuali! (Tapi kalo ada yang meyakini dirinya atau seseorang yang dikenalnya atau yang dia pikir dia sangat kenal tidak egois/egosentris sama sekali, ya terserahlah ya... Karena saya disini ngomongin pemikiran saya)

Saya selama ini mengutuki keegoisan saya. Kenapa saya tidak bisa sedikit saja mengurangi keegosentrisan pikiran saya. Saya memang mengerti jalan pikiran orang lain, saya paham kesulitan dan kendala yang mereka hadapi, tapi saya lebih paham bahwa saya tidak boleh dirugikan oleh jalan pikiran, masalah, dan kendala orang lain (tuh kan! Udah egosentris lagi)

Tapi, memang benar, Apa jadinya dunia ini kalau konsep dasar pola pikir manusia tidak egosentris? Mungkin, terbentuk dunia Utopia dimana semua orang saling menghargai dan menyayangi dan bla bla bla.

Tapi, yang lebih mungkin adalah sebuah dunia tanpa harga diri, tanpa batasan, tanpa penemuan, sebuah dunia yang mungkin..... (sial, saya tidak bisa menemukan kata-kata yang pas) Mengerti? Nggak? Baik, saya jelaskan. Manusia tanpa pola pikir Egosentris, mereka tidak punya harga diri, tidak akan ada batasan yang jelas antara saya dan anda, milikku dan milikmu.

Ngerti? nggak juga? Saya perinci, karena tidak berpikir mengenai hal-hal yang sifatnya ke'aku'an, manusia tidak tahu mana yang layak dibagi mana yang nggak. Oke ekstrimnya sih gini, gak ada batasan mana istriku mana istrimu, mana suamiku mana suamimu. Jadi semuanya layak di share sama-sama. Tidak egoiskan?

Ha? Contoh itu belum cukup? baik, saya kasih lagi. Tanpa egosentrisitas, manusia cenderung menerima semua apa adanya. Jadi dunia tidak akan berkembang, dunia akan sama seperti saat zaman manusia gua, ah nggak lebih primitif dari itu bahkan pisau dan api juga gak akan bisa ditemukan.
Kenapa? Jelas banget, kalau penemuan2 itu ditemukan atas dasar pemikiran untuk memudahkan kehidupan manusia, karena egosentrisitas manusia, manusia gak mau repot-repot mengeluarkan sesuatu yang berlebihan untuk hasil yang sama, maka munculah para penemuan (walau kadang tujuan dan hasil penemuan itu jauh banget dari memudahkan) Contoh:James Watt menemukan mesin penyalin (nenek moyang mesin photocopy) karena malas menulis ulang salinan surat untuk dokumentasi. Egois kan?

Udahlah ya, contohnya segitu aja. Ntar kalo ada yang mau contoh lebih tinggal PM atau Comment aja.

Tapi intinya, saya sangat tidak suka pada orang-orang yang seenaknya berucap "Si itu egois ya?"(emangnya kamu nggak?) atau "Kamu tuh egois banget sih? nggak kayak si xxxx yang nggak egois." (mana ada orang yg ga egois non?) dsb dsb.
Halo, nona, tuan, nyonya, tuan muda, egois itu penting, selama nggak berlebihan dan menyakiti orang lain aja. Dan kalau ada orang yang tersakiti oleh keegoisan atau egoisentrisitas seseorang, sebaiknya kamu bilang aja langsung ke orangnya, secara egois. ^^
Ada orang-orang yang begitu inginnya belajar, sampai-sampai mengorbankan begitu banyak hal yang berharga di hidupnya. Mereka bersedia melewatkan hal-hal menyenangkan untuk belajar

Ada pula orang-orang yang memiliki banyak kesempatan belajar dalam hidupnya tapi dengan bebal mereka menghamburkan kesempatan-kesempatan itu. Padahal, kesempatan itu datang pada mereka tanpa usaha yang berarti dari diri mereka.

Ada pula orang-orang yang memiliki sedikit kesempatan berharga namun, harus mengorbankan sesuatu untuk memanfaatkannya.

Ada pula orang-orang yang dengan sekuat tenaga mengadakan kesempatan untuk diri mereka sendiri.

Sekilas, tampak tidak adil bukan?
Tampaknya seperti Tuhan bermain, bertaruh dengan kehidupan kita?
Ya, memang ada permainan dan pertaruhan di sini. Tapi, bukan Tuhan yang bermain tapi diri kita sendiri.

Sudah bisa temukan? Apakah sudah tau apa yang harus kamu lakukan? Sudah tau kesempatanmu adalah kesempatan yang seperti apa?

Selamat mencari tahu bagi yang belum tahu, dan selamat berjuang bagi yang sudah tahu.
Doaku selalu menyertai kalian :)

Rabu, 15 Desember 2010

True meaning of a leader

-. a leader is a person who had an extremely big responsibility. the responsibility is sometimes so heavy till we think we should run away from that thing

-. But, a leader is a person that's given a little bit space of trust from everyone around him/her. A bit of space that very beautiful, indeed. And when every space is united, we will see a goblet, a beautiful and extremely big goblet.

-. a leader is a person that have to fill up that goblet of trust with a wine of responsibility. A wine with red color, as red as blood.

-. a leader is a person that will fill up that goblet of trust till it is fully loaded. And when the wine of responsibility is not much, not enough to fill it up till full, a leader will fill it up with his own blood.

So, for every leader in the world, give up your self as a true leader, because what I can see within you all is not even a leader of your self, you just a totally coward inside.

-a wish from a girl that have put her trust in every leader in the world-
-fleur-
-----------

Arti pemimpin

-. pemimpin adalah orang yang memegang tanggung jawab sangat besar. Begitu besarnya sampai-sampai kita ingin lari dari tanggung jawab itu.

-. Tapi, pemimpin juga adalah orang yang menerima sedikit ruang kepercaayan dari orang-orang di sekitarnya. Ruang kepercayaan yang sangat indah, yang bila disatukan akan menjadi sebuah cawan yang sangat indah dan besar.

-. pemimpin adalah orang yang harus mengisi cawan itu dengan anggur pertanggungjawaban. anggur yang sangat merah seperti darah.

-. pemimpin adalah orang yang akan mengisi cawan itu sampai penuh. Dan bila anggur pertanggungjawaban itu kurang, tidak cukup untuk mengisi cawan itu sampai penuh, maka seorang pemimpin akan mengisinya dengan darahnya sendiri.

Jadi, kepada para pemimpin yang ada di dunia, jadilah seorang pemimpin sejati, karena dalam diri kalian, bahkan tidak ada pemimpin untuk diri kalian sendiri, yang ada hanyalah seorang pengecut.

-harapan dari anak yang telah menaruh kepercayaan pada para pemimpin-
-fleur-

Senin, 29 November 2010

Kesedihan di Indonesia #2

Well, awal tahun lalu, saya resmi menjadi seorang mahasiswa, di sebuah perguruan tinggi negeri, lewat jalur yang penuh darah dan air mata. Tapi, belakangan, saya jadi muak berada di sini, berada di antara calon-calon pendidik yang katanya ingin membangun generasi muda Indonesia karena kebetulan PTN ini berjargon PENDIDIKAN. Karena ternyata, para calon guru yang (katanya) akan mencerdaskan kehidupan bangsa malah membodohi diri mereka sendiri. What a waste of education fund! Karena mereka hanya meneriakkan :
OMONG KOSONG!

Oke, mungkin diantara pembaca yang merasa mahasiswa mungkin tersinggung atau merasa nggak enak. Nggak usah sungkan, seperti yang sudah saya bilang tadi saya juga mahasiswa kok. Tapi, tahu nggak? fakta kalau anak-anak kampus, atau mahasiswa nama kerennya itu MASIH NYONTEK LHOOOOOO!!!!!!! Ini kejadian beneran! Ya ampun, aku alamin pas UTS kemaren! parah gila deh! Aku kira, karena udah mahasiswa, apalagi jurusan pendidikan yang minimal ntarnya bakal jadi guru, udah pada tobat dan mencoba mencerdaskan diri sendiri dulu baru ntar mencoba mencerdaskan bangsa!

Lah ini?! Mencerdaskan diri sendiri aja ga bisa! Apalagi mencerdaskan kehidupan bangsa?!

Suatu saat nanti, ketika mereka lagi menegur murid yang menyontek, muridnya akan membalas begini "Lah? memangnya dulu ibu/bapak guru ga pernah nyontek? ga usah sok suci deh bu!!"
Mereka mau jawab apa? Mau mengumbar kebohongan?!

Ya sudahlah, terserah mereka saja. Terserah para mahasiswa saja, sang agen perubahan bangsa. (Tapi kalah sama anak2 SMA yg tergabung di MANTEP GAN
(mandiri Terpercaya, Gerakan Anti Nyontek).

Kamis, 30 September 2010

Kesedihan di Indonesia #1

Oke, Cerita ini saya cantumkan di blog ini, bukan dengan maksud menjelek-jelekan atau sombong. Hanya bermaksud untuk mengingatkan kita (saya dan anda) tentang pelajaran moral dan budi pekerti yang dulu kita pelajari di pelajaran PPKn SD.

Kalau tidak salah ingat, (ingatkan saya kalau saya memang salah) dalam salah satu bab ketika ulangan harian saya mendapatkan pertanyaan ini:

Q : Apa yang kita lakukan ketika duduk dalam bis kemudian seorang nenek-nenek naik dan tidak mendapatkan tempat duduk?

Opsi yang tersedia :

A. Berpura-pura tidur.
B. Mempersilakan nenek tersebut duduk di tempat duduk kita.
C. Memandang ke luar jendela untuk menikmati pemandangan.

Saya tahu, anda juga pasti tahu apa jawaban yang benar. Seharusnya jawaban yang benar menurut guru PPKn dulu, itu opsi B. Tapi, kalo melihat kenyataan di lapangan sih, jawaban yang berlaku itu opsi A atau C.

Hal ini bukan sekedar fiksi, saudara. Hal ini adalah kenyataan yang terjadi di masyarakat. Saya mengalaminya. Ketika saya terpaksa menumpangi bis saat pulang kuliah. Saya memang agak jarang menggunakan bis karena memang selama ini tidak perlu.

Saya naik bus itu di terminal ke**n K*la*a di depan Mesjid R*y* Bandung. Disitu masih kosong karena bus baru berganti arah tujuan. Nah, dari situ bus berputar sebelum masuk ke jalan AB*

Dari situ bus mulai penuh. Beberapa saat kemudian di jalan menuju kosambi, naiklah 2 nenek-nenek ke bus yang penuh sesak itu. Beberapa anak muda. Bisa saya bilang mahasiswa mungkin, karen sepertinya mereka seumur dengan saya, (berhubung saya masih tingkat 1, mungkin juga mereka anak sma. Saya kan berwajah muda hehehe) mereka yang masih mahasiswa (anggap saja) yang duduk paling dekat dengan pintu, langsung asyik dengan pemandangan di luar jendela. ckckckckck.... Kemana idealismemu hai mahasiswa! asyik berkoar-koar demi melakukan perubahan besar sampai lupa pada hal yang kecil kah?

Saya yang memang sudah memperhatikan sejak 2 nenek itu masuk ke bis(kurang kerjan? biarin!) pun berdiri dan menawarkan tempat duduk saya (itu pun saya harus bersitegang dulu sama anak SMA yang langsung mau duduk di situ). Sayangnya, saya cuma sendiri dan nenek itu berdua. Jadi, terpaksa salah satu dari mereka tetap berdiri (tapi, mereka gantian duduknya, beberapa menit sekali mereka gantian). Sudah diberi contoh seperti itu pun, masih saja cuek para pemuda dan pemudi di bus itu. ckckckckckck...

So, di rumah saya ngobrol dengan abang sepupu saya yang lebih tua beberapa tahun ( beberapa belas maksudnya). Beliau bilang, waktu jaman beliau mahasiswa dulu, kalau ada kejadian seperti di atas, yang menawarkan tempat duduk bukan sekedar satu atau dua orang tapi hampir semua pemuda dan pemudi yang ada di bis itu.

Saya jadi bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan generasi (angkatan) saya? sudah sedemikian pudarkah budi pekerti? Sedihnyaaa.........

Selasa, 08 Juni 2010

Terites : Glukosa dari lambung hewan

Manusia makan rumput? bisa aja. Masalah utamanya adalah; Bisakah manusia mencerna selulosa rumput? Jawabannya: Tidak. Manusia tidak memiliki enzim Selulose untuk mencerna selulosa. Jadi, bila manusia memakan rumput utuh-utuh, rumput tersebut akan keluar utuh-utuh juga. hehehe.. agak-agak menjijikkan emang.

Ternyata, suku karo telah lama memiliki solusi dari permasalahan itu. Pada hewan ruminansia; tepatnya di lambung pertama, selulosa dari rerumputan yang mereka makan sudah terurai menjadi karbohidrat-glukosa. Sehingga, rerumputan yang di makan oleh hewan seperti sapi atau kambing itu sudah bisa dicerna oleh pencernaan manusia.

Suku karo mengolah isi lambung pertama hewan ruminansia itu menjadi suatu olahan makanan yang bernama terites atau pagit-pagit atau lazimnya disebut soto karo.

Terites atau pagit-pagit sendiri merupakan olahan murni rerumputan dari lambung pertama sapi/kambing yang diramu dengan berbagai macam rempah-rempah yang beraneka ragam (mengenai resep terites sendiri akan dibahas pada postingan khusus). Cita rasa terites sendiri sangat mmm... uenakkkk.. jangan bayangkan bahwa bahan utamanya adalah kotoran sapi, karena seperti yang sudah dijelaskan bahwa, pencernaan yang berlangsung di tubuh sapi/kambing baru melalui tahap penguraian selulosa. Jasi, belum sampai ke usus besar dan belum menjadi kotoran.

Bagi yang tak ingin ketagihan pada makanan ini, sebaiknya jangan sekalipun mencoba makanan ini. Karena terites memiliki cita rasa tersendiri yang membuat orang-orang ketagihan.Sekali coba, ingin lagi-lagi-lagi dan lagiii...

Sedangkan Soto Karo, sama halnya seperti soto-soto daerah lain, berisi bihun, kol, irisan daging ayam atau babat atau kikil. Bedanya adalah kaldu yang digunakan. Soto pada daerah lain menggunakan kaldu murni atau kaldu dengan campuran air santan kelapa untuk menambah gurihnya cita rasa. Soto medan, menggunankan air sari terites untuk menambah cita rasa yang khas.

Terites juga dipercaya dapat menyembuhkan penyakit maag. Selain itu, kandungan Tanin dalam terites dapat menolong dalam pengobatan beberapa penyakit. Tertarik?

Makanan yang menggoda bukan? Tapi, sayang terites, mulai dilupakan bahkan oleh kalangan suku karo sendiri. Terutama, suku karo yang sudah tinggal di perkotaan. Namun, dapat dipastikan, Umumnya orang karo memiliki pengetahuan tentang makanan ini.

Sabtu, 05 Juni 2010

Karang nini Legend


Once upon a time, there was a village named Emplak or Karangtunjang. There, lived a couple of grandparent (aki {grandpa} and nini {grandma} in sundanese). The Grandma is Ambu Kolor and The Grandpa is Arga Piara. They were living in an eternal love bond. Aki loved fishing so much. Some day, Aki is going fishing on the sea and not ever came home. meanwhile, Nini was woried and waiting aki to come home

The day was passed by but Aki not coming home yet. Nini was impatient by her worries anbout Aki. So, Nini decided to wait Aki in the shore. But unfortunatelly, Aki was never came home

In the shore, Nini was shouting Aki's name desperately but her voice was vanished by wave thundering. Their neighbours who were helping Nini searching Aki, were tired and going home. Nini was left alone in the shore.

With her divine power, Nini was begging to the Queen of south sea, Nyi Roro Kidul, as the Queen could make her met Aki again.

Her wishes is granted. Then, Appeared a floating reef, which is Aki's body tarnsformation. (Now, that reef is called Bale Kambang. If you stand on this reef you'll fell like floating)

As her allegiance and love, Nini was never leaving the reef, and she is praying to the lord for she could always be next to Aki. Her prayer was granted, then, Nini's Body was changed to be a reef which is facing the Bale Kambang Reef. Then people named that reef Karang Nini.

Centuries was passing , the two corals which is facing each other, stand still firmly. And the two corals are being symbol of love and loyalty . Unfortunately, at 1918, the reef part, (nini's head part) is broken off by a thunder strike, and abration make the reef more smaller than ever.

Kamis, 03 Juni 2010

Sebuah Tradisi Klasik dari sudut Sumatera Utara

Sebuah tradisi klasik dari sudut kampung kecil di sumatra utara. Mengeramasi tengkorak, atau dalam tradisi kami, disebut "mangiri" yang dimbil dari bahasa karo dengan arti mengeramasi.

Tradisi ini, biasa dilakukan oleh keturunan raja, (yang sekarang telah menjadi tengkorak di gambar) untuk meminta berkah. Misalnya, meminta keturunan rejeki dan sebagainya. Tapi, sebagai manusia beragama, tentu saja kita harus tetap meyakini bahwa segala berkat dan rahmat hanya dari Tuhan.

Suatu kepercayaan yang belum dapat terbantahkan karena diiringi suatu fakta bahwa, tak peduli sedang kemarau sepanjang apapun, bila tengkorak-tengkorak ini dikeluarkan untuk di"pangiri" maka akan turun hujan deras setelahnya.

Prosesi dimulai dengan mengeluarkan tengkorak raja pak-pak serta kedua isterinya. Kemudian juru kunci akan membaca doa-doa sambil meracik ramuan (yang mungkin bisa disebut shampo?) yang terbuat dari berbagai macam daun, akar dan rempah-rempah.

Kemudian, semua keturunan sang raja berbaris lalu mengusapkan ramuan tersebut sebanyak 3 kali, sambil mengucapkan permintaan ataupun doa-doanya.

Sebenarnya, ini bukanlah hal yang baik menurut sudut pandang agama, tapi menurut sudut pandang adat ini adalah hal yang wajib.. ya jadi anggap saja kita melakukan ini untuk melestarikan budaya. jadi ngeramasinnya ngga usah sambil minta-minta, betul?! (ayah saya melakukan semua ini ketika dia pulang ke medan beberap[a waktu lalu, beliau ngeramasin tengkorak ini sambil bilang dalam hati, "ya Tuhan, kalo ini salah maafin aku" ngakak gw ngedenger ceritanya. Untung waktu itu gw kagak ikut pulang kampung.)

About Me

Foto saya
Bandung, West Java, Indonesia
Thinking crazy, weird and uncommon is not a crime!