Berubah! Apa? macam ksatria baja hitam atau power rangers? kayaknya bukan, perubahan tidak berlangsung dengan logika yang begitu.
Manusia berubah, seiring waktu dan proses dalam kehidupan kita. Gue liat, teman-teman dari yang paling saya kasihi sampai yang paling saya hindari, semua berubah dan berkembang. Ada yang menjadi semakin indah, ada yang masih dalam proses deformasi.
yah.. kita ga boleh menyimpulkan hal yang buruk, it's judging -u know?
Well, mungkin tanpa disadari dan seringkali gue sangkal, gue banyak berubah.. Bukan sebatas fisik yang berubah, tapi juga mimpi, cara pandang, sikap, pola pikir, kepribadian, dan masih banyak lagi.
Oke, gue akui tinggi gue nggak berubah sejak SMA, tapi yah... sudahlah, Berbagi mengenai perubahan, penting atau ga penting, bukan urusan gue, tapi mungkin berguna, buat gue sebagai refleksi, buat elu ya tersera elu.
Idealisme, sebagai seorang yang idealis dulu gue selalu bertindak spontan, cenderung berbahaya. Gue gak kenal kompromi, apa yang ideal, itu yang gue perjuangkan, bahkan gue nyoba nyebarin ideal gue ke orang disekeliling gue, hal yang gue sadari sekarang, konyol banget. Sekarang gue sadar kita hidup di dunia nyata,
there's no perfection here! Perjuangan gue beralih bukan membawa ideal gue ke dunia nyata, tapi menyatakan ide gue dengan sumber daya yang ada. Imajinasi gue mungkin emang
perfect, but it's too good to be true. mungkin buat beberapa orang
Impossible is nothing adalah jargon hidup mereka, dan jargon hidup gue dulu, tapi sekarang gue belajar dan gue mengerti bahwa memang, tak ada yang tak mungkin, tapi semua itu masih kemungkinan.
Be real, effort is the way. And if it's not work, then we must try something different. Intinya, jangan maksa tidak semua hal harus sesuai dengan imajinasi kita.
My Experience? Oke, Kampus gue, tempat gue menimba ilmu pendidikan dan matematika sekarang ada di urutan paling bawah dari daftar pilihan universitas yang gue minatin. Dan, menurut gue standar otak gue yang sangat brilian ini,
yeah, you know, I was over-estimating my self, ga akan pernah nyangkut di universitas yang menurut gue nggak gengsi begini, Apalagi jurusannya cuma matematika, yang yeah menurut gue waktu itu, salah satu bidang yang paling lambat perkembangnya di abad ini, gak kayak teknologi gitu, yang tiap detik berkembang.
well, keep mocking, I was a dumb dumb. Gue keukeuh bakal masuk fakultas kedokteran atau teknik informatika di universitas atau institut paling favorit di indonesia ini, bahkan gue udah ngincer MIT. Well, bisa dibilang, gue super sombong, narsis, dan terlalu luar biasa imajinasinya.
But, that was me, with motto "Impossible is nothing" gue ikut, satu ujian umum, ya gue cuman ikut sekali ujian karena gue rasa gue ga perlu ujian berkali-kali. 2 pilihan, pertama si kedokteran itu, yang kedua, tadinya gue ga mau isi tapi karena mama nyuruh gue isi, ya gue isi aja sesuai dengan saran beliau. Pendidikan Matematika, di kampus gue yang sekarang. Dan seperti yang biasa terjadi sama orang yang gede kepala, gue keterima di pilihan kedua, pilihan yang gue isi saking nurutnya gue sama ortu.
Hari pertama gue ngampus, yang ada diotak gue adalah
WHY?! WHY GOD? WHY? dan why? why? syndrome gue itu, bertahan sampe 4 semester! tapi makin lama, why?why? syndrome-nya makin berkurang, gak sebanyak dan segila awal gue ngampus. IP gue, kayak antara ada dan tiada, makin lama makin turun, padahal why?why? gue makin berkurang. Setelah refleksi, gue sadar biarpun why/why? syndrome gue makin berkurang, gue masih tetep kekeuh sama ideal gue. Intinya, hati, pikiran, dan perasaan gue gak ngikut tipa kali gue ngampus. Buku dan diktat aja gue beli terus-terusan tanpa pernah gue sentuh. Dan seakan ditampar tangan yang tak terlihat, gue dapet E dan D, masing-masing 2 di 4 mata kuliah. kebayanglah, IP gue udah kayak apa. Untungnya, gara-gara itu ED, gue jadi sadar, bahwa bukan waktunya lagi gue why?why? syndrome. Waktu gue udah kebuang 4 semester, dan kayak yang elu tebak, gue tetep aja gagal jadi masuk kedoteran. Apa ya? oh, dan sekarang waktunya gue realistis menghadapi apa yang ada di depan gue. MATEMATIKA. Gue udah berusaha mengejar mimpi gue, tapi, mimpi itu bukan untuk gue, saatnya gue beralih, menjadikan matematika sebagai mimpi gue yang tak terduga.
Dan, yang gue tahu dengan pasti hal ini, gak cuman menimpa (-_____-;) diri gue, tapi juga setiap orang diluar sana, se-perfect apapun keliatannya kehidupan seseorang, percayalah, itu cuman asumsi elu aja, kalo hidup orang itu perfect. Jadi, mulai sekarang, kalo gue sih udah dari kapan taun, hidup di dunia nyata
and live the life. :D