-Nous ne le reprouvons pas parce qu'il est une crime, mais il est un crime parce que nous le reprouvonsNgebaca kutipan dari buku On the Division of Labour -nya Emile Durkheim ini, saya menyadari sikap egosentris yang memang sudah jadi konsep wajib dalam setiap pemikiran manusia. Saya jadi sadar betul kalau tidak ada manusia di bumi ini yang benar-benar tidak egois. Siapapun tanpa terkecuali! (Tapi kalo ada yang meyakini dirinya atau seseorang yang dikenalnya atau yang dia pikir dia sangat kenal tidak egois/egosentris sama sekali, ya terserahlah ya... Karena saya disini ngomongin pemikiran saya)
-We do not agree about something is not because that thing is bad. But, that thing is going bad bacause we do not agree about it.
-Kita tidak menyetujui sesuatu bukan karena hal itu buruk. Tapi, hal itu menjadi buruk karena kita tidak menyetujuinya-by Emile Durkheim, On the Division of Labour-
Saya selama ini mengutuki keegoisan saya. Kenapa saya tidak bisa sedikit saja mengurangi keegosentrisan pikiran saya. Saya memang mengerti jalan pikiran orang lain, saya paham kesulitan dan kendala yang mereka hadapi, tapi saya lebih paham bahwa saya tidak boleh dirugikan oleh jalan pikiran, masalah, dan kendala orang lain (tuh kan! Udah egosentris lagi)
Tapi, memang benar, Apa jadinya dunia ini kalau konsep dasar pola pikir manusia tidak egosentris? Mungkin, terbentuk dunia Utopia dimana semua orang saling menghargai dan menyayangi dan bla bla bla.
Tapi, yang lebih mungkin adalah sebuah dunia tanpa harga diri, tanpa batasan, tanpa penemuan, sebuah dunia yang mungkin..... (sial, saya tidak bisa menemukan kata-kata yang pas) Mengerti? Nggak? Baik, saya jelaskan. Manusia tanpa pola pikir Egosentris, mereka tidak punya harga diri, tidak akan ada batasan yang jelas antara saya dan anda, milikku dan milikmu.
Ngerti? nggak juga? Saya perinci, karena tidak berpikir mengenai hal-hal yang sifatnya ke'aku'an, manusia tidak tahu mana yang layak dibagi mana yang nggak. Oke ekstrimnya sih gini, gak ada batasan mana istriku mana istrimu, mana suamiku mana suamimu. Jadi semuanya layak di share sama-sama. Tidak egoiskan?
Ha? Contoh itu belum cukup? baik, saya kasih lagi. Tanpa egosentrisitas, manusia cenderung menerima semua apa adanya. Jadi dunia tidak akan berkembang, dunia akan sama seperti saat zaman manusia gua, ah nggak lebih primitif dari itu bahkan pisau dan api juga gak akan bisa ditemukan.
Kenapa? Jelas banget, kalau penemuan2 itu ditemukan atas dasar pemikiran untuk memudahkan kehidupan manusia, karena egosentrisitas manusia, manusia gak mau repot-repot mengeluarkan sesuatu yang berlebihan untuk hasil yang sama, maka munculah para penemuan (walau kadang tujuan dan hasil penemuan itu jauh banget dari memudahkan) Contoh:James Watt menemukan mesin penyalin (nenek moyang mesin photocopy) karena malas menulis ulang salinan surat untuk dokumentasi. Egois kan?
Udahlah ya, contohnya segitu aja. Ntar kalo ada yang mau contoh lebih tinggal PM atau Comment aja.
Tapi intinya, saya sangat tidak suka pada orang-orang yang seenaknya berucap "Si itu egois ya?"(emangnya kamu nggak?) atau "Kamu tuh egois banget sih? nggak kayak si xxxx yang nggak egois." (mana ada orang yg ga egois non?) dsb dsb.
Halo, nona, tuan, nyonya, tuan muda, egois itu penting, selama nggak berlebihan dan menyakiti orang lain aja. Dan kalau ada orang yang tersakiti oleh keegoisan atau egoisentrisitas seseorang, sebaiknya kamu bilang aja langsung ke orangnya, secara egois. ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar