Sebuah tradisi klasik dari sudut kampung kecil di sumatra utara. Mengeramasi tengkorak, atau dalam tradisi kami, disebut "mangiri" yang dimbil dari bahasa karo dengan arti mengeramasi.
Tradisi ini, biasa dilakukan oleh keturunan raja, (yang sekarang telah menjadi tengkorak di gambar) untuk meminta berkah. Misalnya, meminta keturunan rejeki dan sebagainya. Tapi, sebagai manusia beragama, tentu saja kita harus tetap meyakini bahwa segala berkat dan rahmat hanya dari Tuhan.
Suatu kepercayaan yang belum dapat terbantahkan karena diiringi suatu fakta bahwa, tak peduli sedang kemarau sepanjang apapun, bila tengkorak-tengkorak ini dikeluarkan untuk di"pangiri" maka akan turun hujan deras setelahnya.
Prosesi dimulai dengan mengeluarkan tengkorak raja pak-pak serta kedua isterinya. Kemudian juru kunci akan membaca doa-doa sambil meracik ramuan (yang mungkin bisa disebut shampo?) yang terbuat dari berbagai macam daun, akar dan rempah-rempah.
Kemudian, semua keturunan sang raja berbaris lalu mengusapkan ramuan tersebut sebanyak 3 kali, sambil mengucapkan permintaan ataupun doa-doanya.
Sebenarnya, ini bukanlah hal yang baik menurut sudut pandang agama, tapi menurut sudut pandang adat ini adalah hal yang wajib.. ya jadi anggap saja kita melakukan ini untuk melestarikan budaya. jadi ngeramasinnya ngga usah sambil minta-minta, betul?! (ayah saya melakukan semua ini ketika dia pulang ke medan beberap[a waktu lalu, beliau ngeramasin tengkorak ini sambil bilang dalam hati, "ya Tuhan, kalo ini salah maafin aku" ngakak gw ngedenger ceritanya. Untung waktu itu gw kagak ikut pulang kampung.)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About Me
- Fleur
- Bandung, West Java, Indonesia
- Thinking crazy, weird and uncommon is not a crime!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar