Ternyata, suku karo telah lama memiliki solusi dari permasalahan itu. Pada hewan ruminansia; tepatnya di lambung pertama, selulosa dari rerumputan yang mereka makan sudah terurai menjadi karbohidrat-glukosa. Sehingga, rerumputan yang di makan oleh hewan seperti sapi atau kambing itu sudah bisa dicerna oleh pencernaan manusia.
Suku karo mengolah isi lambung pertama hewan ruminansia itu menjadi suatu olahan makanan yang bernama terites atau pagit-pagit atau lazimnya disebut soto karo.
Terites atau pagit-pagit sendiri merupakan olaha

Bagi yang tak ingin ketagihan pada makanan ini, sebaiknya jangan sekalipun mencoba makanan ini. Karena terites memiliki cita rasa tersendiri yang membuat orang-orang ketagihan.Sekali coba, ingin lagi-lagi-lagi dan lagiii...
Sedangkan Soto Karo, sama halnya seperti soto-soto daerah lain, berisi bihun, kol, irisan daging ayam atau babat atau kikil. Bedanya adalah kaldu yang digunakan. Soto pada daerah lain menggunakan kaldu murni atau kaldu dengan campuran air santan kelapa untuk menambah gurihnya cita rasa. Soto medan, menggunankan air sari terites untuk menambah cita rasa yang khas.
Terites juga dipercaya dapat menyembuhkan penyakit maag. Selain itu, kandungan Tanin dalam terites dapat menolong dalam pengobatan beberapa penyakit. Tertarik?
Makanan yang menggoda bukan? Tapi, sayang terites, mulai dilupakan bahkan oleh kalangan suku karo sendiri. Terutama, suku karo yang sudah tinggal di perkotaan. Namun, dapat dipastikan, Umumnya orang karo memiliki pengetahuan tentang makanan ini.